Puisi karya "william ernest henley " berjudul "Invictus"
Invictus
Out of the night that cover me
Black as the pit from pole to pole
I thank whatever Gods maybe
For my unconquerable soul
In the fell of clutch circumstance
I have not winced nor cried alot
Under bludgeoning of chance
My head was bloody but unbow
Beyond this place..
Of wrath..
And Tears..
Loom but the horror of the shade
And yet the menace of years..
Finds and shall find me unafraid
It matters not how srait the gate
How charged with punishment the scroll..
Iam the master of my fate..
Iam the captain of my soul...
Puisi ini menjadi sumber inspirasi salah satu tokoh Perdamaian dunia , "Nelson mandela" ia berhasil menahkodai jiwanya dalam melewati kelamnya 27 tahun didalam penjara dengan sedikit sekali harapan. Tersiksa secara fisik dan mental, berlumuran darah dan air mata namun tanpa sedikitpun kehilangan kebaikan jiwanya, tanpa kehilangan arah dan cita - citanya dalam memperjuangkan kaum dan bangsanya.
Dalam puisi ini diceritakan betapa kita seharusnya punya kendali penuh atas diri kita dan segala yang terjadi dalam pikiran kita. Sejenuh apapun , kelamnya , pahitnya, menyakitkannya berbagai hal yang terjadi dengan hidup kita, Jiwa dan pikiran kita adalah sepenuhnya milik kita.
Ungkapan bosan, jenuh, dendam, kesal, kecewa, sedih, marah, dan sebagainya adalah manisfestasi dari hilangnya kendali atau kontrol agan atas jiwa dan pikiran agan. Itu adalah produk dari betapa kompleks dan menakjubkannya pikiran manusia, semua adalah milik agan percayalah agan semua bisa mengendalikannya . Seperti dalam bait terakhir dalam puisi tersebut, "I am the master of my fate" , "I'm the captain of my soul". Aku adalah pemilik dari Takdir ku sendiri, aku adalah kapten dari jiwa ku. Maka nahkodai dan pimpinlah bahtera jiwa dan pikiran agan agar tidak tersesat dalam gelapnya badai di tengah samudra.
No comments:
Post a Comment