“Manusia
adalah mahkluk irasional yang tingkah-lakunya diombang-ambingkan oleh
emosi-emosinya”. Niccolo Machiavelli (1469-1527)
Halaman 17
baris ke 7
Pada
masa hidupnya Machiavelli melihat para penguasa yang melakukan segala cara
untuk merebut atau mempertahankan kekuasaannya. Manusia cenderung mencari
sesuatu yang belum dia miliki kemudian melupakannya, lalu mencari lagi apa yang
dikatakan emosinya. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada zaman hidup
Machiavelli saja. Sampai zaman modern seperti sekarang ini pun
fenomena-fenomena tersebut dapat dengan mudah kita lihat disekitar kita.
Kadang
kita sempat miliki keinginan dalam membeli barang yang kita anggap penting dan
harus dibeli saat itu juga. Tetapi setelah membelinya kita malah mempertanyakan
lagi kenapa kita membelinya. Hal itu adalah bukti emosi-emosi memliki peran
penting dalam kita menginginkan suatu hal. Emosi-emosi tersebut mestiknya dapat
kita kontrol dengan pemikiran yang rasional karena kita adalah manusia yang
diberi otak untuk berfikir. Hal itu juga menjadi pembeda antara kita manusia
dengan hewan. Kita manusia dengan hewan sama meliki emosi untuk mendorong
melakukan sesuatu, tetapi perbedaannya hewan tidak dapat mengontrol emosi
mereka seperti manusia.
Manusia
pun juga dapat menjadi seperti hewan jika mereka tidak bisa mengotrol
pikirannya dan hanya menuruti apa kata emosi saja. Kasus tersebut bisa kita
lihat secara nyata pada orang gila yang tidak dapat lagi membedakan baik buruk
karena mereka kehilangan kontrol atas pikiran mereka. Dan tidak jarang tanpa
sadar kita juga sering melakukannya. Hal yang sebelumnya kita berfikir tidak
beleh melakukannya ternyata suatu saat kita malah melakukannya dengan berbagai
alasan kilaf maupun lupa.
Hal
yang terpenting dalam mengendalikan emosi adalah kesadaran berfikir. Seperti
yang tertuang dalam semangat filsafat modern. Bahwa kesandaran akan modernitas
harus juga diikuti oleh semangat sadar akan kita dapat melakukan
perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru. sehingga dengan berfikir
kritis terbentuk perubahan, kemajuan, revolusi maupun pertumbuhan.
Meskipun
demikian anggapan Machiavelli tentang manusia adalah mahkluk yang irasional
tetaplah berlaku. Karena banyak alasan yang dapat dibentuk manusia untuk
menutupi kesalahannya. Atas dasar kilaf dan lupa pun kita dengan mudah menjadi
manusia yang seperti dikataka oleh Machiavelli. Mahkluk yang tingkah-lakunya
diombang-ambingkan oleh emosi-emosinya.
No comments:
Post a Comment