Thursday, March 12, 2015

FILSAFAT NICCOLO MACHIAVELLI

“Manusia adalah mahkluk irasional yang tingkah-lakunya diombang-ambingkan oleh emosi-emosinya”. Niccolo Machiavelli (1469-1527)


Halaman 17 baris ke 7


            Pada masa hidupnya Machiavelli melihat para penguasa yang melakukan segala cara untuk merebut atau mempertahankan kekuasaannya. Manusia cenderung mencari sesuatu yang belum dia miliki kemudian melupakannya, lalu mencari lagi apa yang dikatakan emosinya. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada zaman hidup Machiavelli saja. Sampai zaman modern seperti sekarang ini pun fenomena-fenomena tersebut dapat dengan mudah kita lihat disekitar kita.
            Kadang kita sempat miliki keinginan dalam membeli barang yang kita anggap penting dan harus dibeli saat itu juga. Tetapi setelah membelinya kita malah mempertanyakan lagi kenapa kita membelinya. Hal itu adalah bukti emosi-emosi memliki peran penting dalam kita menginginkan suatu hal. Emosi-emosi tersebut mestiknya dapat kita kontrol dengan pemikiran yang rasional karena kita adalah manusia yang diberi otak untuk berfikir. Hal itu juga menjadi pembeda antara kita manusia dengan hewan. Kita manusia dengan hewan sama meliki emosi untuk mendorong melakukan sesuatu, tetapi perbedaannya hewan tidak dapat mengontrol emosi mereka seperti manusia.
            Manusia pun juga dapat menjadi seperti hewan jika mereka tidak bisa mengotrol pikirannya dan hanya menuruti apa kata emosi saja. Kasus tersebut bisa kita lihat secara nyata pada orang gila yang tidak dapat lagi membedakan baik buruk karena mereka kehilangan kontrol atas pikiran mereka. Dan tidak jarang tanpa sadar kita juga sering melakukannya. Hal yang sebelumnya kita berfikir tidak beleh melakukannya ternyata suatu saat kita malah melakukannya dengan berbagai alasan kilaf maupun lupa.
            Hal yang terpenting dalam mengendalikan emosi adalah kesadaran berfikir. Seperti yang tertuang dalam semangat filsafat modern. Bahwa kesandaran akan modernitas harus juga diikuti oleh semangat sadar akan kita dapat melakukan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru. sehingga dengan berfikir kritis terbentuk perubahan, kemajuan, revolusi maupun pertumbuhan.

            Meskipun demikian anggapan Machiavelli tentang manusia adalah mahkluk yang irasional tetaplah berlaku. Karena banyak alasan yang dapat dibentuk manusia untuk menutupi kesalahannya. Atas dasar kilaf dan lupa pun kita dengan mudah menjadi manusia yang seperti dikataka oleh Machiavelli. Mahkluk yang tingkah-lakunya diombang-ambingkan oleh emosi-emosinya.

No comments: