Thursday, March 12, 2015

SENSASI DAN PERSEPSI


Sensasi dan persipsi adalah garis utama berupa tanggapan apa yang kita rasakan terhadap dunia luar. ini mengartikan bagaimana cara kita memandang dan memahami sesuatu. Tertu masing-masing orang memiliki cara pandang dan sudut pandang yang berbeda. Nah disini lah menariknya sensasi dan persepsi dimana pola pandang kita terhadap suatu hal akan banyak berpengaruh pada kepribadian. Dan itu kan menimbulkan efek domino dimana dunia luar akan  menanggapi sensasi dan persepsi kita dan begitu seterusnya. Pendapat saya mungkin ini lah yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian dari mulai kita kecil. Dimana akan diawali cara pandang kita terhadap orang tua, lalu orang terdekat, teman, dank cara pandang terhadap masyarakat luas.

PEMBAHASAN SENSASI DAN PERSEPSI
    Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.
Secara etimologis, persepsi (perception) berasal dari bahasa Latin perception: dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau mengartikan sesuatu Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”.
Menurut pendapat beberapa ahli adapun pengertian persepsi adalah :
Slameto ( 2003 : 102 ) menyatakan :
“ Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi di dalam otak manusi. Informasi dan pesan yang diterima tersebut muncul dalam bentuk stimulus yang merangsang otak untuk mengolah lebih lanjut yang kemudian mempengaruhi seseorang dalam berperilaku”
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Pangewa (2004: 54) bahwa :
“Persepsi adalah penerimaan stimulus atau masukan oleh indera, seleksi dan perorganisasian stimulus berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penafsiran stimulus dan membentuk sikap sebagai hasil perilaku”
Stimulus yang diterima manusia merupakan perwujudan dari apa yang telah dialaminya. Rakhmat (2005: 51) juga mengungkapkan bahwa :
“Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan peran”
Dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atau pendapat seseorang tentang suatu objek yang sangat menentukan perilakunya terhadap objek tersebut. Persepsi seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang diterimanya akan bebeda satu sama lainnya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi diantaranya : Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih, gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-visual], Persepsi juga dipengaruhi bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.

1) Faktor Ekspektansi
Faktor ini adalah factor yang sangat dominan dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini memberikan oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan  kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.

2) Ketersediaan informasi sebelumnya
ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.

3) Kebutuhan
Seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.

4) Pengalaman masa lalu
sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan.
Kesalahan dalam Persepsi
Secara umum jenis-jenis kesalahan dalam mempersepsi diantaranya adalah: stereotype, halo effect, mempertahankan persepsi, mempresepsi sebagian, kepribadian, proyeksi dan kesan.

Stereotype. 
Yang dimaksud dengan stereotype adalah kecenderungan melihat orang bukan berdasarkan perilaku individual orang tersebut tetapi berdasarkan perilaku kelompoknya. Stereotype biasanya didasarkan pada jenis kelamin, ras, umur, agama, kewarganegaraan, atau pekerjaan.
           
Halo effect.
Halo effect hampir sama dengan stereotype. Bedanya adalah dalam halo effect orang yang mempersepsi mempergunakan satu kepribadian seseorang sebagai dasar untuk menilai orang tersebut secara keseluruhan. Salah satu aplikasi penting dalam kesalahan mempersepsi yang disebabkan karena halo effect adalah ketika seorang supervisor menilai kinerja bawahan. Jika misalnya salah satu atribut dari orang yang dinilai kinerjanya mempengaruhi persepsi Sang Supervisor dan sang Supervisor mengaitkannya dengan atribut lain yang tidak relevan dengan penilaian kinerja, bukan tidak mungkin penilaian kinerja yang dilakukan supervisor tidak fair dan menyesatkan

Perceptual defence. 
Kadang-kadang kita berhadapan dengan stimulus yang membuat kita sendiri merasa malu atau mengancam diri kita. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kita enggan menghadapinya. Kondisi semacam ini disebut perceptual defence. Informasi yang secara personal akan mengancam kedudukan kita atau secara kultural tidak bisa diterima biasanya cenderung diabaikan kecuali informasi tersebut datang bertubi-tubi
Mempersepsi secara selektif. 
Yang dimaksud dengan mempersepsi secara selektif adalah proses menyaring informasi secara sistematis untuk hal-hal yang tidak ingin kita dengar. Proses ini biasanya terjadi sebagai respon atas hal-hal yang tidak menyenangkan yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.

Membuat teori kepribadian sendiri. 
Karena kita sering berinteraksi dengan beberapa kelompok orang, misalnya dengan orang-orang akuntansi, asuransi, seniman, atau pegawai negeri, kita biasanya kenyang pengalaman dan paham betul dengan perilaku kelompok-kelompok orang tersebut. Oleh karena itu kita cenderung membuat teori sendiri mengenai profil kepribadian kelompok-kelompok orang tersebut. Misalnya akuntan adalah orang yang pemalu, jujur, patuh, tidak asertif, dan berkata lembut. Sementara orang-orang asuransi memiliki kepribadian sebaliknya. Dalam batas-batas tertentu boleh jadi profil yang kita buat cukup akurat, tidak banyak keliru. Berdasarkan pengalaman ini pula tidak jarang kita bisa secara cepat dan akurat mempersepsi kelompok orang tersebut. Meski demikian kita tidak boleh lupa bahwa setiap orang mempunyai kekhasan tersendiri sehingga teori yang kita buat sesungguhnya hanya sebagai ancar-ancar saja agar bisa mengkategorikan kelompok orang. Jika mencermati lebih detail boleh jadi situasinya berbeda. Misalnya, tidak selalu orang yang merasa bahagia dalam pekerjaannya, pasti orang yang lebih produktif.

Menggunakan karakteristik diri sendiri untuk menilai orang lain. 
Seringkali ketika menilai orang lain menggunakan karakteristik yang kita miliki. Bahasa simboliknya mengukur sepatu orang dengan ukuran sepatu kita. Cara penilaian seperti ini biasa disebut sebagai projection. Seperti halnya kesalahan dam mempersepsi, projectionjuga bisa menjadi cara yang efisien untuk mempersepsi orang lain. Permasalahan yang berkaitan dengan projection adalah bukan sekedar menilai orang lain dengan karakteristik diri sendiri tetapi lebih dari itu yakni menilai secara negatif perilaku orang lain meski orang lain tersebut sesungguhnya tidak berperilaku demikian. Penilaian negatif kepada orang lain tersebut lebih disebabkan karena diri kita sendiri yang sesungguhnya berperilaku negatif namun kita tidak mau mengakuinya sehingga ditimpakan kepada orang lain. Dalam bahasa Sigmund Freud upaya ini disebut mekanisme mempertahankan diri sendiri (self defense mechanism) yang tujuannya adalah untuk memproteksi diri sendiri dan seolah-olah kita mampu menghadapi orang lain yang dianggap tidak sempurna.

Kesan pertama. 
Tidak jarang ketika kita bertemu pertama kali dengan orang lain kita mempunyai kesan tertentu, entah kesan baik atau buruk. Namun seringkali kita terpengaruh terhadap kesan pertama tersebut dan dijadikan dasar untuk memberi penilaian berikutnya.

Manajemen Impresi
Uraian terakhir yang berkaitan dengan kesalahan mempersepsi adalah persoalan kesan pertama (first impression). Seperti dijelaskan dimuka, kesan pertama seringkali mengecoh orang lain. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, agar tidak terkecoh, pihak lawan juga perlu melakukan hal yang sama yang disebut manajemen impresi. Seperti dikatakan Luthan yang dimaksud dengan manajemen impresi (impression management) adalah sebuah proses sebagai bentuk upaya untuk memanaj atau mengendalikan impresi yang dilakukan orang lain kepada diri kita. Sederhananya, manajemen impresi merupakan upaya untuk meng-counter tindakan manipulatif yang dilakukan orang lain melalui pembentukan kesan pertama. Secara umum proses manajemen impresi melibatkan dua komponen utama yaitu 
(1) motivasi yang melandasi seseorang melakukan impresi dan 
(2) konstruksi impresi.


Strategi manajemen impresi.             
Ada dua strategi yang bisa dilakukan seorang karyawan dalam penerapan manajemen impresi. Jika seorang karyawan ingin meminimalkan tanggungjawab terhadap kejadian yang tidak menguntungkan atau keluar dari masalah yang selama ini mengganggu dirinya, bisa dilakukan strategi preventif (demotion-preventive strategy). Sedangkan jika ia menginginkan tanggungjawab maksimal terhadap sebuah hasil kegiatan yang dinilai positif bagi dirinya atau paling tidak dirinya tampak lebih baik, ia bisa melakukan strategi promosi diri (promotion-enhancing strategy). Untuk mengetahui lebih jauh tentang karakteristik kedua strategi tersebut silakan And abaca di BMP yang telah Anda miliki.

Self-fulfilling Prophecy
Salah satu aplikasi penting dari pemahaman kita tentang proses persepsi dalam perilaku organisasi adalah sebuah konsep yang disebut self-fulfilling prophecy. Yang dimaksud dengan self-fulfilling prophecy adalah sebuah proses yang menjelaskan bagaimana harapan yang berada pada pikiran seseorang, misalnya seorang guru atau peneliti, mempengaruhi perilaku orang lain, seperti murid atau obyek lain, sehingga orang yang dipikirkan pada akhirnya bisa memenuhi harapan orang pertama yang memikirkan.
 Pengertian Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang  tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera olehineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera olegpropriseptor (misalnya, organ vestibular).
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :

1. Dalil persepsi 1: 
Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi

2. Dalil persepsi 2 : 
Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

3. Dalil persepsi 3 : 
Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.

4. Dalil persepsi 4 : 
Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.


Faktor-faktor yang mempengaruhi Sensasi
1. Faktor Eksternal
Kuat lemahnya stimulus distraksi dari lingkungan, jarak stimulus terhadap alat indera, dan durasi stimulus. Stimulus yang berasal dari luar apakah sangat signifikan untuk diterima oleh syaraf dan otak. Misalnya alat pendengaran, jika kita mendengar sesuatu yang suaranya agak jauh apakah kita msih bisa mendengarnya dengan jelas atau samar-samar. Lalu lamanya rangsangan itu, misalnya alat penglihatan, jika kita melihat seseorang yang cantik/ganteng yang sedang berjalan di kerumunan orang banyak apakah kita bisa melihatnya secara jelas atau tidak. Dan inilah yang merupakan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi sensasi yang di inderai.
2. Faktor Internal
Kondisi alat indera, apakah alat indera itu masih berfungsi dengan baik atau tidak dalam menerima stimulus atau rangsangan. Lalu kondisi syaraf dan otak, apakah masih berfungsi secara aktif untuk menerima stimulus yang datangnya dari luar serta dapat di olah secara baik sehingga mendapatkan respons yang baik. Faktor internal lebih kepada kefungsian alat indera kita sendiri. Jika alat indera kita masih baik maka dalam menerima rangsangan akan lebih efektif lagi, dan tidak timbul keragu-raguan sehingga dapat sinkron dengan alat pengolahan yaitu syaraf dan otak.








HAL YANG DAPAT DIPELAJARI DAN DITERAPKAN SEHARI-HARI
 Memahami sensasi dan persepsi dapat membantu kita dalam menentukan cara pandang yang sehat terhadap dunia luar. setiap saat kita akan berinteraksi dengan dunia luar, dimana dalam interaksi tersebut kita akan selalu menerima sensasi dan memiliki persepsi atas intersaksi yang kita lakukan.
Contoh saja interkasi dalam pertemanan. Kita akan memiliki suatu pandangan tersendiri atas teman kita. Bahkan kita dapat menilai teman kita dengan apa yang kita biasa lihat. Tentu menilai orang atas apa yang kita lihat sendari tidak lah bijak. Untuk itu suatu persepsi harus kita tanggapi secara bijak. Jika tidak bisa jadi akan menimbulkan konflik di kemudian hari.

 Tentu persepsi dan sensasi kan sangat menentukan bagaimana cara kita menilai suatu hal. Termasuk menilai orang lain. Dan juga termasuk penilaian oran lain terhadap sensasi dan persepsi yang kita miliki. 

No comments: